Monday, August 6, 2012

Teman Suami

Karena suamiku sangat hobi bermain domino alias gaple, akhirnya perselingkuhanku dengan teman suamiku pun terjadi. Awalnya iseng lalu menjadi sungguhan.

Permainan domino itu tidak menggunakan uang. Hanya saja yang kalah kuliat berdiri dan telinganya digantungi batu baterai. Kadang juga berdiri sambil menggunakan helm. Aneh-aneh saja.

Terkadang suamiku main gaple di teras rumah sampai jam 1 dini hari, sehingga pengeluaran rutinitas kami bertambah dengan menyediakan kopi dan makanan ringan untuk teman-teman suamiku yang menemaninya bermain gaple.

Suamiku wiraswasta. Ia hanya makelar mobil, tapi penghasilannya lumayan. Jadi hidup kami ya mencukupi bahkan masih ada yang bisa kami tabung. Kami belum memiliki anak walau perkawinan kami sudah berjalan 3 tahun. Umur suamiku 32 tahun sedang aku 24 tahun. Suamiku lahir di Malang dan aku asli Surabaya.

Tawa dan canda mereka yang saling mengejek apabila ada yang berdiri tidak putus-putusnya sepanjang malam. Hobi suamiku itu sudah berlangsung hampir setahun. Rumah kami memang dijadikan tempat ngumpul teman teman suamiku, juga tetangga sebelah menyebelah kami.

Ada salah satu teman suamiku yang kemudian kuketahui bernama Mas Asmar. Dia tinggal tidak begitu jauh dari rumah kami. Pekerjaannya kalau tidak salah adalah Satpam. orangnya lebih tinggi sedikit dari suamiku. Badannya atletis dan kelihatan rahangnya begitu kokoh dan kuat. Mas Asmar paling sering memperhatikan aku kalau aku mengantarkan minuman atau makanan ke meja mereka.

Ia paling sering menatapku. Aneh. Tidak henti-hentinya menatap ke payudaraku. Kadang aku jadi malu dibuatnya. Caranya berbicara kadang aneh terdengar. Tutur katanya lain dari kebanyakan. Rupanya dia memang bukan dari Jawa, tapi dari Makassar. Kalau tidak salah MasAsmar suku Bugis. Orangnya selalu ceriah dan kadang membuat banyolan-banyolan yang membuat suamiku dan temannya yang lain tertawa terpingkal- pingkal.

Suatu hari suamiku berangkat ke Ngawi. Kalau gak salah ke Mantingan untuk mengambil mobil yang katanya mau dijual murah. Suamiku berangkat sore. Ia berkata padaku, “Ma, mungkin saya balik besok pagi, soalnya agak jauh juga nih. Gak kuat nyupir malam.”

“Iyaa. Hati-hati Pa,” kataku mengiringi kepergiannya.

Pada malamnya bergantian temannya datang ke rumahku menannyakan suamiku. Kujawab mungkin malam ini gak ada gaple-gaplean. Soalnya suamiku kembalinya besok. “Ooooooo, ya sudah kalau gitu.” Mereka pun pulang.

Sekitar jam 22.00 WIB datanglah Mas Asmar. Dia juga menanyakan suamiku. Kujawab yang sama tapi dia tetap gak pulang seperti teman suamiku yang lainnya. Ia malah duduk di teras,

“Wahh, sayang ya,” gumamnya.Aku hanya tersenyum. Ia menatapku. Ya, tatapan matanya itu membuat jantungku selalu berdebar-debar. Aku hanya tersenyum dan matanya kembali melihat kepayudaraku. Aku kembali salah tingkah.

“Sudah tau ya, sekarang ada siaran tivi baru. Siaran khusus Jawa Timuran. Namanya JTV?”

“Apa iya?” kataku menimpali.  “Di tiviku kok belum ada ya. Gak tau cara nyari siarannya.”

Ayo, Mas yang nyarikan.” Ia langsung berdiri dan masuk kerumah ku. Aku malah yang mengekorinya dari belakang. Ia menuju ke TV dan dicarinya siarannya. Aku hanya duduk dikursi tamu melihat aktivitasnya.Setelah ketemu, ia pun ikutan duduk di kursi tamu pas di depanku. “Tuh, sudah bagus kan siarannya?”

Aku mengangguk, tapi kok aku gelisah ya berduaan dengannya. Lantas ia pun berkata “Ongkosnya mana?”

Aku tertawa, “Ooo pake ongkos toh?”

“Ya iyalah. Mau tau ongkosnya?” tanyanya lagi.

“Berapa sih?” tanyaku.

Mas Asmar mendekatiku. Ia lansung memelukku. mencium pipiku, dan mengecup bibirku. Aku terpana. Mulutku diam. Aku bingung tak tau harus berbuat apa dengan kejadian yang begitu cepat dan tak kuduga duga itu. Aku melepaskan diri. “Mas, nanti diliat orang,” kataku.

Ia melepaskan pelukannya dan menuju ke pintu. Kukira ia mau pulang. Tau-taunya ia menutup pintu dan tidak lupa mengambil sandalnya memasukkannya ke dalam rumah, lalu mengunci pintu. Ia pun menuju ke arahku.

“Nah, sekarang nggak diliat orang kan?” ia kembali memelukku dan menciumiku habis-habisan. Aku tak mampu menolaknya. Saat itu aku memang tidak dengan sengaja sudah merangsangnya dengan gaun tidurku ini. Soalnya aku memang sudah pengen istirahat . Maklum suami sedang pergi. Mungkin saja Mas Asmar terangsang ngeliat tubuhku sehingga ia begitu berani memeluk dan menciumku.

Aku hanya menurut saja ketika ia mengajakku kekamar dan merebahkanku ke tempat tidur. Tangannya melingkar di bawah leherku menjadi bantal bagi kepalaku. Kemudian dengan tangan yang satunya dia sibakkan gaun tidurku sehingga payudaraku yang tidak memakai bra terbuka tanpa terhalang apa pun. Matanya melotot mengamat-ngamati dan mengelus payudaraku yang memang menantang dengan puting kemerahan serta kulitnya yang putih mulus. Memang bentuk dan ukuran payudaraku bisa membuat laki laki menitikkan air liur bila menatapnya.

Begitulah sehingga Mas Asmar tidak henti-hentinya mempermainkan payudaraku sehingga, “Nnngghh… Mas,” desahku dengan mendongak ke belakang merasakan mulutnya memagut payudaraku yang membuatnya terpesona.

Mulutnya menjilat, mengisap, dan menggigit pelan putingnya. Sesekali aku bergidik keenakan ketika kumis pendeknya menggesek putingku yang sensitif. Tangan lainnya turut bekerja pada payudaraku yang sebelah dengan melakukan pijatan atau memainkan putingnya sehingga kurasakan kedua benda sensitif itu semakin mengeras. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan meremasi rambutnya yang sedang menyusu.

Puas menyusu dariku, mulutnya perlahan-lahan turun mencium dan menjilati perutku yang rata dan terus berlanjut makin ke bawah sambil tangannya menurunkan celana dalamku. Sambil memeloroti dia mengelusi paha mulusku. Celana dalamku akhirnya lepas melalui kaki kananku yang dia angkat, setelah itu dia mengulum sejenak jempol kakiku dan juga menjilati kakiku.



 Darahku semakin bergolak oleh permainannya yang erotis itu. Selanjutnya dia mengangkat kedua kakiku ke bahunya. Badanku setengah terangkat dengan selangkangan menghadap ke atas. Aku pasrah saja mengikuti posisi yang dia inginkan. Pokoknya aku ingin menuntaskan birahiku. Tanpa membuang waktu lagi dia melumat kemaluanku dengan rakusnya. Lidahnya menyapu seluruh pelosok vaginaku dari bibirnya hingga ke dinding di dalamnya. Anusku pun tidak luput dari jilatannya. Lidahnya disentil-sentilkan pada lubang memekku memberikan sensasi yang luar biasa pada daerah itu. Aku benar-benar tak terkontrol dibuatnya. Mataku merem-melek dan berkunang-kunang. Syaraf-syaraf memekku mengirimkan rangsangan ke seluruh tubuh yang membuatku serasa menggigil dan ngilu di bagian selangkangan.

“Ah… aahh, Mas… nngghh… terus!” erangku lebih panjang di puncak kenikmatan. Aku meremasi payudaraku sendiri sebagai ekspresi rasa nikmat.

Mas Asmar terus menyedot cairan yang keluar dari celah memekku dengan lahapnya. Tubuhku jadi bergetar seperti mau meledak. Kedua belah pahaku semakin erat mengapit kepalanya. Setelah puas menyantap hidangan pembuka berupa cairan cintaku, barulah dia turunkan kakiku.

Aku sempat beristirahat dengan menunggunya membuka baju, tapi itu tidak lama. Setelah dia membuka baju, dia buka juga dasterku yang sudah tersingkap. Kami berdua kini telanjang bulat.

Dia membentangkan kedua pahaku dan mengambil posisi berlutut di antaranya. Bibir memekku jadi ikut terbuka memancarkan warna merah merekah di antara bulu-bulu lebat hitamnya. Liang memekku siap menyambut batang kontol Mas Asmar yang akan memasukinya. Namun Mas Asmar tidak langsung mencoblosnya. Ia terlebih dulu menggesek-gesekkan penisnya yang besar itu pada bibir memekku untuk memancing birahiku agar naik lagi. Karena sudah tidak sabar ingin segera dicoblos, aku menangkap batang kontol itu. Keras sekali benda itu waktu kugenggam. Panjang dan berurat.

“Aaakkhh..!” erangku lirih sambil mengepalkan tangan erat-erat saat penisnya melesak memasuki memekku.


 “Aauuhh..!” aku menjerit lebih keras dengan tubuh berkelejotan karena hentakan kerasnya, hingga penis itu tertancap seluruhnya pada lubang memekku.


Untung saja rumah kami agak terpisah jauh dengan rumah tetangga karena rumahku memiliki halaman samping yang lumayan luas. Kalau tidak tentu suara-suara aneh di kamarku pasti terdengar oleh mereka. Bagaimanapun Mas Asmar termasuk nekad berani melakukannya. Meggelutiku isteri temannya sendiri. Disinilah sensasinya ngeseks kalo nyuri-yuri. Sensasinya sangat luarrr biasa. Daya semprot saat klimaks dan daya pompa orgasme jauh lebih kerassss.

Dengan gerakan perlahan dia menarik penisnya lalu ditekan ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu gesekan-gesekan pada himpitan lorong sempit yang bergerinjal-gerinjal itu. Aku ikut menggoyangkan pinggul dan memainkan otot memekku mengimbangi sodokannya. Responku membuatnya semakin menggila. Penisnya semakin lama menyodok semakin kasar saja. Kedua gunungku jadi ikut terguncang-guncang dengan kencang.

Kuperhatikan selama menggenjotku otot-otot tubuhnya mengeras. Tubuhnya yang kekar bercucuran keringat. Sungguh sangat perkasa. Pria sejati yang memberiku kenikmatan sejati. Suara desahanku bercampur baur dengan erangan jantannya dan derit ranjang. Butir-butir keringat nampak di sejukur tubuhku seperti embun, walaupun ruangan ini ber-AC tapi aku merasa panas sekali.

“Uugghh Lies, sayang… kamu emang uenak. Oohh, punya isteriku tidak seperti ini. Punyamu legit dan bisa menggigit-gigit kontolkuuuuu,” katanya sambil gemetar. Ucapnya tak karuan di tengah aktivitasnya.

Dia menurunkan tubuhnya hingga menindihku. Kusambut dengan pelukan erat. Kedua tungkaiku kulingkarkan di pinggangnya. Dia mendekatkan mulutnya ke leher jenjangku dan memagutnya. Sementara di bawah sana penisnya makin gencar mengaduk-aduk memekku diselingi gerakan berputar yang membuatku serasa diaduk-aduk.

Tubuh kami sudah berlumuran keringat yang saling bercampur. Aku semakin erat memeluknya.  Bau masam-masam segar khas alami ketiakku bercampur dengan bau masam-masam segar khas alami ketiaknya. Bau khas ngentot yang membuat aku dan Mas Asmar semakin bergairah. Aku merintih makin tak karuan menyambut klimaks yang sudah mendekat bagaikan ombak besar yang akan menghantam pesisir pantai.

Teman suamiku ini betul betul hebat dan perkasa. Aku dibuatnya melayang laying seakan-akan terbang ke atas awan.Ketika Bang Asmar sudah di ambang klimaks, dia menurunkan frekuensi genjotannya. Tanpa melepaskan penisnya, dia bangkit mendudukkan dirinya, maka otomatis aku sekarang diatas pangkuannya. Dengan posisi itu penisnya menancap lebih dalam pada vaginaku. Semakin terasa pula otot dan uratnya yang seperti akar beringin itu menggesek dinding kemaluanku.

Kugoyangkan pantatku dengan gerakan naik-turun. Dia merem-melek keenakan dengan aksi yang kulakukan. Mulutnya sibuk melumat payudaraku yang kiri dan kanan secara bergantian membuat kedua benda itu penuh bekas gigitan dan air liur. Tangannya terus menjelajahi lekuk-lekuk boyokku sambil mengelus ngelusnya.

Tak lama kemudian aku kembali mendekati orgasme, maka kupercepat goyanganku dan mempererat pelukanku. Hingga akhirnya mencapai titik dimana tubuhku mengejang, “Ssshhhhhhhhhh…” Detak jantung mengencang dan pandangan agak kabur dan nanar, lalu disusul erangan panjang serta terasa ada cairan hangat dari dalam lubang memekku.

Saat itu dia gigit putingku dengan cukup keras sehingga gelinjangku makin tak karuan oleh rasa perih bercampur nikmat. Ketika gelombang itu berangsur-angsur berlalu, goyanganku pun makin mereda. Tubuhku seperti mati rasa dan kurobohkan ke belakang. Kuhentakkan badanku ke atas ranjang sambil menengadah. Ketiakku terbuka lebar ditumbuhi bulu yang lebat menyerbuk. Ahhhhhh, aku betul-betul puas.

AKU menyambar Aqua botol di samping tempat tidur. Aku meminumnya habis. Aku betul-betul dikuras. Mas Asmar membiarkanku istirahat sejenak. Setelah minum membuatku lebih enakan dan tenagaku mulai pulih kembali.

“Sudah segar lagi kan? Kita terusin lagi yuk!” sahut Bang Asmar. Ia tersenyum sambil mulai kembali menggerayangi tubuhku.

Gila betul nih orang, pikirku. Tenaganya tidak ada habisnya seperti kuda. Kali ini tubuhku dibalikkan dalam posisi menungging. Kemudian dia mulai menciumi pantatku. Lidahnya menelusuri punggungku ke bawah. Tangannya menjangkau buah dadaku ke bawah. Dipilin-pilinnya kembali putingku dan, “Aaacccchhhhhh….” Aku pun menggelinjang l lagi. Nafsuku bangkit lagi.

Betul-betul hebat teman suamiku ini. Ia juga pandai membangkitkan gairah pasangannya. Walaupun aku sudah berapa kali orgasme aku masih mau dan mau lagi.Telunjuknya meraba-raba anusku membuatku geli dan menggelinjang. Kemudian aku merasakan kontolnya sudah menempel dipantatku. Terasa hangat. Kontolnya pun ditusukkannya pelan dan sleeebbbb masuklah lagi kontolnya yang besar itu ke memekku. Dari arah belakang ia menggenjotnya tiada habis-habisnya sambil kedua tangannya memegangi pinggangku.
 
Oooohhhhh… aku tak tahan... aku tak kuat menahan nikmat ini. Mati aku… aduh…. Ampun… Aku tak kuasa menahan dera birahi ini. Teramat sangat nikmat… Aku pun kelojotan bagai orang kesetanan.

Setelah sekitar 20 menit menggenjotku dari belakang akhirnya aku sampai lagi. “Aku keluarrrrrr Mas….” Jeritku. Aku betul-betul mengalami orgasme yang sangat dahsyat.Aku merintih. Mataku merem-melek sambil menggigit guling menahan rasa nikmat ini. Air mataku saja sampai meleleh keluar bersamaan melelehnya lagi air memekku.

“Sudahin Mas. Lies… nggak tahan,” rintihku yang tidak dihiraukannya.

“Uuhh… uuuhh sssshhhh aaacchhhhhh…” Dia memperlancar sodokannya dan beberapa detik kemudian dia pun klimaks. Mas Asmar mengerang, “Aaaacchhhhhhhhh….”

Akhirnya ada sesuatu perasaan nikmat mengaliri tubuhku yang kuekspresikan dengan mengikuti erangan panjang Mas Asmar. Kami sama sama mengerang. Orgasmeku dan ejakulasinya yang sangat panjang sampai ke ubun-ubun.

Tak ada lagi nikmat di atas kenikmatan yang kami peroleh saat itu. Rupanya sensasi selingkuh sangat luar biasa. Aku tak mampu ngomong apa lagi untuk nulis enaknya. Kami pun menghempaskan kembali badan kami ke atas ranjang sesaat kami diam dan sama-sama mengatur nafas. Badanku lemas seperti tak bertulang.

Tubuh kami tergolek lemas bersebelahan. Aku memejamkan mata dan mengatur nafas sambil merenungkan dalam-dalam kegilaan yang baru saja kami lakukan. Hubungan terlarang. Aku berpacu dalam birahi dengan sahabat suamiku sendiri.

Kami terus menikmati perselingkuhan. Kami berjanji untuk merahasiakan sebaik-baiknya perselingkuhan kami pada pasangan kami masing-masing.

Selesai

No comments:

Post a Comment