Wednesday, August 8, 2012

Selingkuh dengan Ketua RT

Aku tinggal di kompleks perumahan swasta di Bekasi. Suamiku termasuk orang yang super sibuk. Sebagai arsitek gedung profesional, tugasnya boleh dibilang tidak normal dan tidak kenal waktu. Walaupun aku tau dia sangat menyayangiku, bahkan mungkin sangat memuja diriku, aku sangat kesepian. Aku sering sendiri dan banyak melamun menghayal betapa nikmatnya dalam sepi itu bersama Mas Surya, begitu nama suamiku, mengeloni aku. Saat-saat seperti itu membuat Nafsu Birahi ku naik. Dan apabila aku nggak mampu menahan gairah Memek Ngentot ku, aku ambil buah ketimun yang selalu tersedia di dapur. Aku melakukan masturbasi membayangkan Ngentot dengan seorang lelaki, yang tidak selalu suamiku sendiri, hingga meraih kepuasan.


Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Bapak Danu, Pak RT di kompleks itu. Walaupun usianya sudah di atas 50 tahun, 22 tahun di atas suamiku dan 28 tahun di atas umurku, kalau membayangkan Bapak Danu ini, aku bisa cepat meraih klimaks ku. Bahkan saat-saat aku bersebadan dengan Mas Suryapun, tidak jarang khayalan seksku membayangkan seakan Bapak Danulah yang sedang menggeluti aku. Aku nggak tahu kenapa. Tetapi memang aku akui, selama ini aku selalu membayangkan Kontol lelaki yang gedee banget. Nafsuku langsung melonjak kalau khayalanku nyampai ke sana. Dari tampilan tubuhnya yang tetap kekar dan kokoh walaupun tua, aku bayangkan kontol Bapak Danu juga kekar dan kokoh. Gede, panjang dan pasti tegar dilingkari dengan urat-urat di sekeliling batangnya. Ooohh.., betapa nikmatnya dientot kontol macam itu.

Di kompleks itu, di antara ibu-ibu atau istri-istri, aku merasa akulah yang paling cantik. Dengan usiaku yang 28 tahun, tinggi 158 cm dan berat 46 kg, orang-orang bilang tubuhku sintal banget. Mereka bilang aku seperti Sarah Azhari, Artis Cewek Cantik Seksi Indonesia yang binal adik dari Ayu Azhari bintang sinetron. Apalagi kalau aku sedang memakai celana jeans dengan blus tipis yang membuat buah dadaku yang cukup besar membayang. Hatiku selangit mendengar pujian mereka ini.

Pada suatu ketika, tetangga kami punya hajatan, menyunatkan anaknya. Biasa, kalau ada tetangga yang punya kerepotan, kami se-RT rame-rame membantu. Apa saja, ada yang di dapur, ada yang ngurus pelaminan, ada yang bikin hiasan atau menata makanan dan sebagainya. Aku biasanya selalu kebagian bikin pelaminan. Mereka tahu aku cukup berbakat seni untuk membuat dekorasi pelaminan itu. Mereka selalu puas dengan hasil karyaku.

Aku menggunakan bahan-bahan dekorasi yang biasanya aku beli di Pasar Kranji. Pagi itu ada beberapa bahan yang aku butuhkan belum tersedia. Di tengah banyak orang yang pada sibuk macam-macam itu, aku bilang pada Mbak Karti, yang punya hajatan, untuk membeli kekurangan itu.

"Kebetulan Bu Dian, tuh Bapak Danu mau ke Senen, mbonceng saja sama dia," Bu Kasno nyampaikan padaku sambil nunjuk Bapak Danu yang nampak paling sibuk di antara bapak-bapak yang lain.

"Emangnya Bapak Danu mau cari apaan?" aku nanya.

"Inii, mau ke tukang tenda, milih bentuk tenda yang mau dipasang nanti sore. Sama sekalian sound systemnya," Bapak Danu yang terus sibuk menjawab tanpa menengok padaku.

"Iyaa deh, aku pulang bentar ya Bapak Danu, biar aku titip kunci rumah buat Mas Surya kalau pulang nanti." Segalanya berjalan seperti air mengalir tanpa menjadikan perhatian pada orang-orang sibuk yang hadir disitu.

Sekitar 10 menit kemudian, dengan celana jeans dan blus kesukaanku, aku sudah duduk di bangku depan, mendampingi Bapak Danu yang nyopirin Inova nya. Udara AC di mobil Bapak Danu nyaman banget sesudah sepagi itu diterpa panasnya udara Jakarta. Pelan-pelan terdengar alunan dangdut dari radio Mara yang terdapat di mobil itu.

Saat itu aku jadi ingat kebiasaanku mengkhayal. Dan sekarang ini aku berada dalam mobil hanya berdua dengan Bapak Danu yang sering hadir sebagai obyek khayalanku dalam hubungan seksual. Tak bisa kutahan, mataku melirik ke arah selangkangan di bawah kemudi mobilnya. Dia pakai celana drill coklat muda. Aku lihat di arah pandanganku itu nampak menggunung. Aku nggak tahu apakah hal itu biasa. Tetapi khayalanku membayangkan itu mungkin kontolnya yang gede dan panjang.

Saat aku menelan ludahku membayangkan apa di balik celana itu, tiba-tiba tangan Bapak Danu nyelonong menepuk pahaku. 'Ibu Dian ini mau beli apaan? Di Keranji sebelah mana?', sambil dia sertai pertanyaan ini dengan nada kebapakan.

Dan aku bener-bener kaget lho. Aku nggak pernah membayangkan Pak RT ini kalau ngomong sambil meraba yang diajak ngomong.

"Kertas emas dan hiasan dinding, Pak. Di sebelah toko mainan di pasar inpress ituu..," walaupun jantungku langsung berdegup kencang dan nafasku terasa sesak memburu, aku masih berusaha se-akan-akan tangan Bapak Danu di pahaku ini bukan hal yang aneh.

Tetapi rupanya Bapak Danu nggak berniat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, bahkan ketika dia jawab balik, "Ooo, yyaa.. aku tahu..," tangannya kembali menepuk-nepuk dan digosok-gosokkanya pada pahaku seakan sentuhan bapak yang melindungi anaknya.

Ooouuiihh... aku merasakan kegelian yang sangat, aku merasakan desakan erotik, mengingat dia selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Dan saat Bapak Danu merabakan tangannya lebih ke atas menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku adalah menurunkan kembali ke bawah. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan. Dia ulangi lagi dan aku kembali menurunkan. Anehnya aku hanya menurunkan, bukan menepisnya. Yang aku rasakan adalah aku ingin tangan itu memang tidak diangkat dari pahaku. Hanya aku masih belum siap untuk lebih jauh. Nafasku yang langsung tersengal dan jantungku yang berdegap-degup kencang belum siap menghadapi kemungkinan yang lebih menjurus.

Bapak Danu mengalah. Tetapi bukan mengalah bener-bener. Dia tidak lagi memaksakan tangannya untuk menggapai ke pangkal pahaku, tetapi dia rubah. Tangan itu kini meremasi pahaku. Gelombang nikmat erotik langsung menyergap aku. Aku mendesah tertahan. Aku lemes, tak punya daya apa-apa kecuali membiarkan tangan Bapak Danu meremas pahaku. "Dik Maarr...," dia berbisik sambil menengok ke aku.

Tiba-tiba di depan melintas bajaj, memotong jalan. Bapak Danu sedikit kaget. Otomatis tangannya melepas pahaku, meraih presnelling dan melepas injakan gas. Kijang ini seperti terangguk. Sedikit badanku terdorong ke depan. Selepas itu tangan Bapak Danu dikonsentrasikan pada kemudi. Jalanan ke arah Senen yang macet membuat sopir harus sering memindah presnelling, mengerem, menginjak gas dan mengatur kemudi. Aku senderkan tubuhku ke jok. Aku nggak banyak ngomong. Aku kepingin tangan Bapak Danu itu kembali ke pahaku. Kembali meremasi. Dan seandainya tangan itu merangkak ke pangkal pahaku akan kubiarkan. Aku menjadi penuh disesaki dengan birahi. Mataku kututup untuk bisa lebih menikmati apa yang barusan terjadi dan membiarkan pikiranku mengkhayal.

Benar. Sesudah jalanan agak lancar, tangan Bapak Danu kembali ke pahaku. Aku benar-benar mendiamkannya. Aku merasakan kenikmatan jantungku yang terpacu dan nafasku yang menyesak dipenuhi rangsangan birahi. Langsung tangan Bapak Danu meremasi pahaku. Dan juga naik-naik ke pangkal pahaku. Tanganku menahan tangannya. Eeeii malahan ditangkapnya dan diremasinya. Dan aku pasrah. Aku merespon remasannya. Rasanya nikmat untuk menyerah pada kemauan Bapak Danu. Aku hanya menutup mata dengan tetap bersender di jok sambil remasan di tangan terus berlangsung.

Sekali aku nyeletuk, "Ntar dilihat orang Pak,"

:Ah, nggaakk mungkin, kacanya khan gelap. Orang nggak bisa melihat ke dalam," aku percaya dia. Sesudah beberapa saat rupanya desakan birahi pada Bapak Danu juga menggelora,

"Sayang.. kita jalan-jalan dulu mau nggak?" dia berbisik.

"Kemana?" pertanyaanku yang aku sertai harapan hatiku.

"Ada deh... Pokoknya Sayang mau khan?"

"Terserah Bapak Danu... Tapi ntar ditungguin orang-orang. Ntar orang-orang curiga, lho."

"Iyaa, jangan khawatirr... paling lama sejamlah." Sambil Bapak Danu mengarahkan kemudinya ke tepi kanan mencari belokan ke arah balik. Aku nggak mau bertanya, mau ngapain sejam?

Persis di bawah jembatan penyeberangan dekat daerah Galur, Bapak Danu membalikkan mobilnya kembali menuju arah Cempaka Putih. Ah, Bapak Danu ini pasti sudah biasa begini. Mungkin sama ibu-ibu atau istri-istri lainnya. Aku tetap bersandar di jok sambil menutup mataku pura-pura tiduran. Dengan penuh gelora dan deg-degan jantungku, aku menghadapi kenyataan bahwa beberapa saat lagi, mungkin hanya dalam hitungan menit, akan mengalami saat-saat yang sangat menggetarkan. Saat-saat seperti yang sering aku khayalkan. Aku nggak bisa lagi berpikir jernih. Edan juga aku ini... apa kekurangan Mas Surya, kenapa demikian mudah aku menerima ajakan Bapak Danu ini. Bahkan sebelumnya khan belum pernah sekalipun selama delapan tahun pernikahan aku disentuh apalagi digauli lelaki lain.


Yang aku rasakan sekarang ini hanyalah aku merasa aman dekat Bapak Danu. Pasti dia akan menjagaku, melindungiku. Pasti dia akan mengahadpi aku dengan halus dan lembut. Bagaimanapun dia adalah Pak RT kami yang selama ini selalu mengayomi warganya. Pasti dia nggak akan merusak citranya dengan perbuatan yang membuat aku sakit atau terluka. Dan rasanya aku ingin banget bisa melayani dia yang selama ini selalu jadi obyek khayalan seksualku. Biarlah dia bertindak sesuatu padaku sepuasnya. Dan juga aku ingin merasakan bagaimana dia memuaskan aku pula sesuai khayalanku.

Aku gemetar hebat. Tangan-tanganku gemetar. Lututku gemetar. Kepalaku terasa panas. Darah yang naik ke kekepalaku membuat seakan wajahku bengap. Dan semakin kesana, semakin aku nggak bisa mencabut persetujuanku atas ajakan 'jalan-jalan dulu' Bapak Danu ini.

Tiba-tiba mobil terasa membelok ke sebuah tempat. Ketika aku membuka mata, aku lihat halaman yang asri penuh pepohonan. Di depan mobil nampak seorang petugas berlarian menuntun Bapak Danu menuju ke sebuah garasi yang terbuka. Dia acungkan tangannya agar Bapak Danu langsung memasuki garasi berpintu rolling door itu, yang langsung ditutupnya ketika mobil telah yakin berada di dalam garasi itu dengan benar. Sedikit gelap. Ada cahaya kecil di depan. Ternyata lampu di atas sebuah pintu yang tertutup. Woo.. aku agak panik sesaat. Tak ada jalan untuk mundur. Kemudian kudengar Bapak Danu mematikan mesin mobilnya.

"Nyampai Sayang..."

"Di mana ini Pak..?' terus terang aku nggak tahu di mana tempat yang Bapak Danu mengajak aku ini. Tetapi aku yakin inilah jenis 'losmen' yang sering aku dengar dari temen-temen dalam obrolan-obrolan porno dalam arisan yang diselenggarakan ibu-ibu kompleks itu.

Bapak Danu tidak menjawab pertanyaanku, tetapi tangannya langsung menyeberang melewati pinggulku untuk meraih setelan jok tempat dudukku. Jok itu langsung bergerak ke bawah dengan aku tergolek di atasnya. Dan yang kurasakan berikutnya adalah bibir Bapak Danu yang langsung mencium mulutku dan melumat. Uh uh uh... Aku tergagap sesaat... sebelum aku membalas lumatannya. Kami saling melepas birahi. Aku merasakan lidahnya menyeruak ke rongga mulutku. Dan reflekku adalah mengisapnya. Lidah itu menari-nari di mulutku. Bau lelaki Bapak Danu menyergap hidungku. Beginilah rasanya bau lelaki macam Bapak Danu ini. Bau alami tanpa parfum sebagaimana yang sering dipakai Mas Surya. Bau Pak RT yang telah 55 tahun tetapi tetap memancarkan kelelakian yang selama ini selalu menyertai khayalanku saat masturbasi maupun saat aku disebadani Mas Surya. Bau yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas dengan liarnya saat ini.


Sambil melumat, tangan-tangan Bapak Danu juga merambah tubuhku. Jari-jarinya melepasi kancing-kancing blusku. Kemudian kurasakan remasan jari kasar pada buah dadaku. Uuiihh .. tak tertahankan. Aku menggelinjang. Menggeliat-geliat hingga pantatku naik-naik dari jok yang aku dudukin disebabkan gelinjang nikmat yang dahsyat. Sekali lagi aku merasa edaann .. aku digeluti Pak RT-ku.

Bibir Bapak Danu melumatku, dan aku menyambutnya dengan penuh kerelaan yang total. Akulah yang sesungguhnya menantikan kesempatan macam ini dalam banyak khayalan-khayalan erotikku. Ohh... Bapak Danuo .. Tolongin akuu Bapakeee .. Puaskanlah menikmati tubuhkuu... Paak, .. semua ini untuk kamu Paak... Aku hauss... Paak... Tolongi akuu Paakk.

"Kita turun nyok Sayang, kita masuk dulu..," Bapak Danu menghentikan lumatannya dan mengajak aku memasuki losmen ini.

Begitu masuk kudengar telpon berdering. Rupanya dari kantor losmen itu. Bapak Danu menanyakan aku mau minum apa, atau makanan apa yang aku inginkan yang bisa diantar oleh petugas losmen ke kamar. Aku terserah Bapak Danu saja. Aku sendiri buru-buru ke kamar kecil yang tersedia. Memek ku kebelet pengin kencing.

Saat kembali ke peraduan kulihat Bapak Danu sudah telentang di ranjang. Agak malu-malu aku masuk ke kamar tidur ini, apalagi setelah melihat sosok tubuh Bapak Danu itu. Dia menatapku dari ekor matanya, kemudian memanggil, "Sini Sayang." Uh uh... Omongan seperti itu masuk ketelingaku pada saat macam begini... aku merasakan betapa sangat terangsang seluruh syaraf-syaraf libidoku. Aku, istri yang sama sekali belum pernah disentuh lelaki lain kecuali suamiku, hari ini dengan edannya berada di kamar losmen dengan seseorang, yaitu Bapak Danu, yang Pak RT kompleks rumahku, yang bahkan jauh lebih tua dari suamiku, bahkan hampir dua kali usiaku sendiri. Dan panggilanya yang ..'Sini Sayang', itu .. terasa sangat erotis di telingaku.

Aku inilah yang disebut istri nyeleweng. Aku inilah istri yang selingkuh..uh uh uh .. Kenapa begitu dahsyat birahi yang melandaku kini. Birahi yang didongkrak oleh pengertiannya akan makna selingkuh dan aku tetap melangkah ke dalamnya. Birahi yang dibakar oleh pengertian nyeleweng dan aku terus saja melanggarnya. Uhh... aku nggak mampu menjawab semuanya kecuali rasa pasrah yang menjalar. Dan saat aku rubuh ke ranjang itu, yang kemudian dengan serta merta Bapak Danu menjemputku dengan dekapan dan rengkuhan di dadanya, aku sudah benar-benar tenggelam dalam pesona dahsyatnya istri yang nyeleweng dan selingkuh, yang menunggu saat-saat lanjutannya yang akan dipenuhi kenikmatan dan gelinjang yang pasti sangat hebat bagi istri penyeleweng pemula macam aku ini.

"Sayang... Aku sudah lama merindukan Sayang ini. Setiap kali aku lihat itu gambar artis Desy Ratnasari yang sangat mirip Sayang... Hatiku selalu terbakar. Kapan aku bisa merangkul Sayang macam ini...'

Bukan main ucapan Bapak Danu. Telingaku merasakan seperti tersiram air sejuk pegunungan. Berbunga-bunga mendengar pujian macam itu. Dan semakin membuat aku rela dan pasrah untuk digeluti Bapak Danu yang gagah ini. Bapak Danu, kekasihkuu. Dia balik dan menindih tubuhku.

Dia langsung melahap mulutku yang gelagapan kesulitan bernafas. Dia masukkan tangannya ke blusku. Dirangkulinya tubuhku, ditekankannya bibirnya lebih menekan lagi. Disedotnya lidahku. Disedotnya sekaligus juga ludahku. Sepertinya aku dijadikan minumannya. Dan sungguh aku menikmati kegilaannya ini. Kemudian tangannya dia alihkan, meremasi kedua susuku yang kemudian dilepaskannya pula. Ganti bibirnyalah yang menjemput susuku dan puting-putingnya. Dia jilat dan sedotin habis-habisan. Dan yang datang padaku adalah gelinjang dari saraf-sarafku yang meronta. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini kecuali dengan rintihan yang keluar dari mulutku... Bapakeee... Bapakeee... Bapakeee, ampun nikmattnya Bapakeee.

Tangannya yang lepas dari susuku turun untuk meraih celana jeansku. Dilepasi kancing celanaku dan dibuka resluitingnya. Tangannya yang besar dan kasar itu mendorongnya hingga celanaku merosot ke paha. Kemudian tangan itu merogoh celana dalamku. Aaaiiuuhh.. tak terperikan kenikmatan yang mendatangi aku. Aku tak mampu menahan getaran jiwa dan ragaku. Saat-saat jari-jari kasar itu merabai bibir kemaluanku dan kemudian meremasi kelentitku... aku langsung melayang ke ruang angkasa tak bertepi. Kenikmatan... sejuta kenikmatan... ah... Selaksa juta kenikmatan Bapak Danu berikan padaku lewat jari-jari kasarnya itu.

Jari-jari itu juga berusaha menusuk lubang vaginaku. Aku rasakan ujungnya-unjungnya bermain di bibir lubang itu. Cairan birahiku yang sudah menjalar sejak tadi dia toreh-toreh sebagai pelumas untuk memudahkan masuknya jari-jarinya menembusi lubang itu. Dengan bibir yang terus melumati susuku dan tangannya merangsek kemaluanku dengan jari-jarinya yang terus dimainkan di bibir lubang vaginaku... Ohh... kenapa aku ini... Ooohh... Mas Surya... maafkanlah akuu... Ampunilahh... istrimu yang nggak mampu mengelak dari kenikmatan tak bertara ini... ampunilah Mas Surya... aku telah menyelewengg... aku nggak mampuu maass...

Bapak Danu terus menggumuli tubuhku. Blusku yang sudah berantakan memudahkan dia merangsek ke ketiakku. Dia jilati dan sedoti ketiakku. Dia nampak sekali menikmati rintihan yang terus keluar dari bibirku. Dia nampaknya ingin memberikan sesuatu yang nggak pernah aku dapatkan dari suamiku. Sementara jari-jarinya terus menusuki lubang vaginaku. Dinding-dindingnya yang penuh saraf-saraf peka birahi dia kutik-kutik, hingga aku serasa kelenger kenikmatan. Dan tak terbendung lagi, cairan birahiku mengalir dengan derasnya.

Yang semula satu jari, kini disusulkan lagi jari lainnya. Kenikmatan yang aku terimapun bertambah. Bapak Danu tahu persis titik-titik kelemahan wanita. Jari-jarinya mengarah pada G-spotku. Dan tak ayal lagi. Hanya dengan jilatan di ketiak dan kobokan jari-jari di lubang vagina aku tergiring sampai titik dimana aku nggak mampu lagi membendungnya. Untuk pertama kali disentuh lelaki yang bukan suamiku, Bapak Danu berhasil membuatku orgasme.

Saat orgasme itu datang, kurangsek balik Bapak Danu. Kepalanya kuraih dan kuremasi rambutnya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kuhunjamkan kukuku ke punggungnya. Aku nggak lagi memperhitungkan bagaimana luka dan rasa sakit yang ditanggung Bapak Danu. Pahaku menjepit tangannya, sementara pantatku mengangkat-angkat menjemputi tangan-tangan itu agar jarinya lebih meruyak ke lubang vaginaku yang sedang menanggung kegatalan birahi yang amat sangat. Tingkahku itu semua terus menerus diiringi racau mulutku.

Dan saat orgasme itu memuncratkan cairan birahiku aku berteriak histeris. Tangan-tanganku menjambret apa saja yang bisa kuraih. Bantalan ranjang itu teraduk. Selimut tempat tidur itu terangkat lepas dan terlempar ke lantai. Kakiku mengejang menahan kedutan vaginaku yang memuntahkan cairanku. 'cairan' perempuan yang berupa cairan-cairan bening yang keluar dari kemaluanku. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke mataku, ke pipiku, ke bibirku. Kusibakkan rambutku untuk mengurangi gerahnya tubuhku dalam kamar ber-AC ini.

Saat telah reda, kurasakan tangan Bapak Danu membelai rambutku yang basah sambil meniup-niup dengan penuh kasih sayang. Uh... Dia yang ngayomi aku. Dia eluskan tangannya, dia sisir rambutku dengan jari-jarinya. Hawa dingin merasuki kepalaku. Dan akhirnya tubuhku juga mulai merasai kembali sejuknya AC kamar losmen itu.

"Sayang, Sayang hebat banget yaa hh... Istirahat dulu yaa..? Saya ambilkan minum dulu ya." Suara Bapak Danu itu terasa menimbulkan rasa yang teduh. Aku nggak kuasa menjawabnya. Nafasku masih ngos-ngosan. Aku nggak pernah menduga bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan sehebat ini. Kamar losmen ini telah menyaksikan bagaimana aku mendapatkan kenikmatan yang pertama kalinya saat aku menyeleweng dari kesetiaanku pada Mas Surya suamiku untuk disentuhi dan digumuli oleh Bapak Danu, Pak RT kampungku, yang bahkan juga sering jadi lawan main catur suamiku di saat-saat senggang. Mas Surya... Ooohh... maass... maafkanlah aakuu... maass.

Sementara aku masih terlena di ranjang dan menarik nafas panjang sesudah orgasmeku tadi, Bapak Danu terus menciumi dan ngusel-uselkan hidungnya ke pinggulku, perutku. Bahkan lidah dan bibirnya menjilati dan menyedoti keringatku. Tangannya tak henti-hentinya merabai selangkanganku. Aku terdiam. Aku perlu mengembalikan staminaku. Mataku memandangi langit-langit kamar losmen itu. Menembusi atapnya hingga ke awang-awang. Kulihat Mas Surya sedang sibuk di depan meja gambarnya, sebentar-sebentar stip Staedler-nya menghapus garis-garis potlot yang mungkin disebabkan salah tarik.

Mungkin semua ini hanyalah soal perlakuan. Hanyalah perlakuan Mas Surya yang sepanjang perkawinan kami tidak sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan biologisku. Lihat saja Bapak Danu barusan, hanya dengan lumatan bibirnya pada ketiakku dan kobokkan jari-jarinya yang menari-nari di kemaluanku, telah mampu memberikan padaku kesempatan meraih orgasmeku. Sementara kamu Mas, setiap kali kamu menggumuliku segalanya berjalan terlampau cepat, seakan kamu diburu-buru oleh pekerjaanmu semata. Kamu peroleh kepuasanmu demikian cepat.

Sementara saat nafsuku tiba dengan menggelegak, Mas Surya sudah turun dari ranjang dengan alasan ada yang harus diselesaikan, si anu sudang menunggu, atau si anu besok mau pergi dan sebagainya. Kamu ternyata sekali sangat egois. Kamu biarkan aku tergeletak menunggu sesuatu yang tak pernah datang. Menunggu Mas Surya yang hanya memikirkan kebutuhannya sendiri. Yang aku nggak tahu kapan itu datangnya... Sepertinya aku menunggu Godotku... menunggu sesuatu yang aku tahu nggak akan pernah datang padaku.

"Sayang ni capek ya?'bisikkan Bapak Danu membangunkan aku dari lamunan.

"Nggak Pak. Lagi narik napas saja... Tadi kok nikmat banget yaa... sedangkan Bapak Danu belum ngapa-ngapain padaku.. Bapakeee... Bapak Danu juga hebat lhoo... Baru diutik-atik saja aku sudah kelabakkan... Hi hi hi... aku berusaha membesarkan hati Bapak Danu yang telah memberikan kepuasan tak terhingga ini.

Rupanya Bapak Danu hanya ingin nge-cek bahwa aku nggak tertidur. Dengan jawabanku tadi dengan penuh semangat dia turun dari ranjang. Dia lepasin sendiri kemejanya, celana panjangnya dan kemudian celana dalamnya. Baru pertama kali ini aku melihat lelaki lain telanjang bulat di depanku selain Mas Surya suamiku. Wuuiihh... aku sangat tergetar menyaksikan tubuh Bapak Danu.

Pada usianya yang lebih dari 55 tahun itu, sungguh Bapak Danu memiliki tubuh yang sangat seksi bagi para wanita yang memandangnya. Bahunya bidang. Lengannya kekar, dengan otot-otot yang kokoh. Perutnya nggak nampak membesar, rata dengan otot-otot perut yang kencang, seperti papan penggilasan. Bukit dadanya yang kokoh, dengan dua putting susu besar kecoklatan, sangat menantang menunggu gigitan dan jilatan perempuan-perempuan binal. Dari tampilan tubuhnya yang kekar dan macho ini, aku lihat Bapak Danu adalah sosok penggemar olahraga yang fanatik. Otot-otot di tubuhnya menunjukkan dia sukses berolahraga selama ini.
 Sekian



Monday, August 6, 2012

Teman Suami

Karena suamiku sangat hobi bermain domino alias gaple, akhirnya perselingkuhanku dengan teman suamiku pun terjadi. Awalnya iseng lalu menjadi sungguhan.

Permainan domino itu tidak menggunakan uang. Hanya saja yang kalah kuliat berdiri dan telinganya digantungi batu baterai. Kadang juga berdiri sambil menggunakan helm. Aneh-aneh saja.

Terkadang suamiku main gaple di teras rumah sampai jam 1 dini hari, sehingga pengeluaran rutinitas kami bertambah dengan menyediakan kopi dan makanan ringan untuk teman-teman suamiku yang menemaninya bermain gaple.

Suamiku wiraswasta. Ia hanya makelar mobil, tapi penghasilannya lumayan. Jadi hidup kami ya mencukupi bahkan masih ada yang bisa kami tabung. Kami belum memiliki anak walau perkawinan kami sudah berjalan 3 tahun. Umur suamiku 32 tahun sedang aku 24 tahun. Suamiku lahir di Malang dan aku asli Surabaya.

Tawa dan canda mereka yang saling mengejek apabila ada yang berdiri tidak putus-putusnya sepanjang malam. Hobi suamiku itu sudah berlangsung hampir setahun. Rumah kami memang dijadikan tempat ngumpul teman teman suamiku, juga tetangga sebelah menyebelah kami.

Ada salah satu teman suamiku yang kemudian kuketahui bernama Mas Asmar. Dia tinggal tidak begitu jauh dari rumah kami. Pekerjaannya kalau tidak salah adalah Satpam. orangnya lebih tinggi sedikit dari suamiku. Badannya atletis dan kelihatan rahangnya begitu kokoh dan kuat. Mas Asmar paling sering memperhatikan aku kalau aku mengantarkan minuman atau makanan ke meja mereka.

Ia paling sering menatapku. Aneh. Tidak henti-hentinya menatap ke payudaraku. Kadang aku jadi malu dibuatnya. Caranya berbicara kadang aneh terdengar. Tutur katanya lain dari kebanyakan. Rupanya dia memang bukan dari Jawa, tapi dari Makassar. Kalau tidak salah MasAsmar suku Bugis. Orangnya selalu ceriah dan kadang membuat banyolan-banyolan yang membuat suamiku dan temannya yang lain tertawa terpingkal- pingkal.

Suatu hari suamiku berangkat ke Ngawi. Kalau gak salah ke Mantingan untuk mengambil mobil yang katanya mau dijual murah. Suamiku berangkat sore. Ia berkata padaku, “Ma, mungkin saya balik besok pagi, soalnya agak jauh juga nih. Gak kuat nyupir malam.”

“Iyaa. Hati-hati Pa,” kataku mengiringi kepergiannya.

Pada malamnya bergantian temannya datang ke rumahku menannyakan suamiku. Kujawab mungkin malam ini gak ada gaple-gaplean. Soalnya suamiku kembalinya besok. “Ooooooo, ya sudah kalau gitu.” Mereka pun pulang.

Sekitar jam 22.00 WIB datanglah Mas Asmar. Dia juga menanyakan suamiku. Kujawab yang sama tapi dia tetap gak pulang seperti teman suamiku yang lainnya. Ia malah duduk di teras,

“Wahh, sayang ya,” gumamnya.Aku hanya tersenyum. Ia menatapku. Ya, tatapan matanya itu membuat jantungku selalu berdebar-debar. Aku hanya tersenyum dan matanya kembali melihat kepayudaraku. Aku kembali salah tingkah.

“Sudah tau ya, sekarang ada siaran tivi baru. Siaran khusus Jawa Timuran. Namanya JTV?”

“Apa iya?” kataku menimpali.  “Di tiviku kok belum ada ya. Gak tau cara nyari siarannya.”

Ayo, Mas yang nyarikan.” Ia langsung berdiri dan masuk kerumah ku. Aku malah yang mengekorinya dari belakang. Ia menuju ke TV dan dicarinya siarannya. Aku hanya duduk dikursi tamu melihat aktivitasnya.Setelah ketemu, ia pun ikutan duduk di kursi tamu pas di depanku. “Tuh, sudah bagus kan siarannya?”

Aku mengangguk, tapi kok aku gelisah ya berduaan dengannya. Lantas ia pun berkata “Ongkosnya mana?”

Aku tertawa, “Ooo pake ongkos toh?”

“Ya iyalah. Mau tau ongkosnya?” tanyanya lagi.

“Berapa sih?” tanyaku.

Mas Asmar mendekatiku. Ia lansung memelukku. mencium pipiku, dan mengecup bibirku. Aku terpana. Mulutku diam. Aku bingung tak tau harus berbuat apa dengan kejadian yang begitu cepat dan tak kuduga duga itu. Aku melepaskan diri. “Mas, nanti diliat orang,” kataku.

Ia melepaskan pelukannya dan menuju ke pintu. Kukira ia mau pulang. Tau-taunya ia menutup pintu dan tidak lupa mengambil sandalnya memasukkannya ke dalam rumah, lalu mengunci pintu. Ia pun menuju ke arahku.

“Nah, sekarang nggak diliat orang kan?” ia kembali memelukku dan menciumiku habis-habisan. Aku tak mampu menolaknya. Saat itu aku memang tidak dengan sengaja sudah merangsangnya dengan gaun tidurku ini. Soalnya aku memang sudah pengen istirahat . Maklum suami sedang pergi. Mungkin saja Mas Asmar terangsang ngeliat tubuhku sehingga ia begitu berani memeluk dan menciumku.

Aku hanya menurut saja ketika ia mengajakku kekamar dan merebahkanku ke tempat tidur. Tangannya melingkar di bawah leherku menjadi bantal bagi kepalaku. Kemudian dengan tangan yang satunya dia sibakkan gaun tidurku sehingga payudaraku yang tidak memakai bra terbuka tanpa terhalang apa pun. Matanya melotot mengamat-ngamati dan mengelus payudaraku yang memang menantang dengan puting kemerahan serta kulitnya yang putih mulus. Memang bentuk dan ukuran payudaraku bisa membuat laki laki menitikkan air liur bila menatapnya.

Begitulah sehingga Mas Asmar tidak henti-hentinya mempermainkan payudaraku sehingga, “Nnngghh… Mas,” desahku dengan mendongak ke belakang merasakan mulutnya memagut payudaraku yang membuatnya terpesona.

Mulutnya menjilat, mengisap, dan menggigit pelan putingnya. Sesekali aku bergidik keenakan ketika kumis pendeknya menggesek putingku yang sensitif. Tangan lainnya turut bekerja pada payudaraku yang sebelah dengan melakukan pijatan atau memainkan putingnya sehingga kurasakan kedua benda sensitif itu semakin mengeras. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan meremasi rambutnya yang sedang menyusu.

Puas menyusu dariku, mulutnya perlahan-lahan turun mencium dan menjilati perutku yang rata dan terus berlanjut makin ke bawah sambil tangannya menurunkan celana dalamku. Sambil memeloroti dia mengelusi paha mulusku. Celana dalamku akhirnya lepas melalui kaki kananku yang dia angkat, setelah itu dia mengulum sejenak jempol kakiku dan juga menjilati kakiku.



 Darahku semakin bergolak oleh permainannya yang erotis itu. Selanjutnya dia mengangkat kedua kakiku ke bahunya. Badanku setengah terangkat dengan selangkangan menghadap ke atas. Aku pasrah saja mengikuti posisi yang dia inginkan. Pokoknya aku ingin menuntaskan birahiku. Tanpa membuang waktu lagi dia melumat kemaluanku dengan rakusnya. Lidahnya menyapu seluruh pelosok vaginaku dari bibirnya hingga ke dinding di dalamnya. Anusku pun tidak luput dari jilatannya. Lidahnya disentil-sentilkan pada lubang memekku memberikan sensasi yang luar biasa pada daerah itu. Aku benar-benar tak terkontrol dibuatnya. Mataku merem-melek dan berkunang-kunang. Syaraf-syaraf memekku mengirimkan rangsangan ke seluruh tubuh yang membuatku serasa menggigil dan ngilu di bagian selangkangan.

“Ah… aahh, Mas… nngghh… terus!” erangku lebih panjang di puncak kenikmatan. Aku meremasi payudaraku sendiri sebagai ekspresi rasa nikmat.

Mas Asmar terus menyedot cairan yang keluar dari celah memekku dengan lahapnya. Tubuhku jadi bergetar seperti mau meledak. Kedua belah pahaku semakin erat mengapit kepalanya. Setelah puas menyantap hidangan pembuka berupa cairan cintaku, barulah dia turunkan kakiku.

Aku sempat beristirahat dengan menunggunya membuka baju, tapi itu tidak lama. Setelah dia membuka baju, dia buka juga dasterku yang sudah tersingkap. Kami berdua kini telanjang bulat.

Dia membentangkan kedua pahaku dan mengambil posisi berlutut di antaranya. Bibir memekku jadi ikut terbuka memancarkan warna merah merekah di antara bulu-bulu lebat hitamnya. Liang memekku siap menyambut batang kontol Mas Asmar yang akan memasukinya. Namun Mas Asmar tidak langsung mencoblosnya. Ia terlebih dulu menggesek-gesekkan penisnya yang besar itu pada bibir memekku untuk memancing birahiku agar naik lagi. Karena sudah tidak sabar ingin segera dicoblos, aku menangkap batang kontol itu. Keras sekali benda itu waktu kugenggam. Panjang dan berurat.

“Aaakkhh..!” erangku lirih sambil mengepalkan tangan erat-erat saat penisnya melesak memasuki memekku.


 “Aauuhh..!” aku menjerit lebih keras dengan tubuh berkelejotan karena hentakan kerasnya, hingga penis itu tertancap seluruhnya pada lubang memekku.


Untung saja rumah kami agak terpisah jauh dengan rumah tetangga karena rumahku memiliki halaman samping yang lumayan luas. Kalau tidak tentu suara-suara aneh di kamarku pasti terdengar oleh mereka. Bagaimanapun Mas Asmar termasuk nekad berani melakukannya. Meggelutiku isteri temannya sendiri. Disinilah sensasinya ngeseks kalo nyuri-yuri. Sensasinya sangat luarrr biasa. Daya semprot saat klimaks dan daya pompa orgasme jauh lebih kerassss.

Dengan gerakan perlahan dia menarik penisnya lalu ditekan ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu gesekan-gesekan pada himpitan lorong sempit yang bergerinjal-gerinjal itu. Aku ikut menggoyangkan pinggul dan memainkan otot memekku mengimbangi sodokannya. Responku membuatnya semakin menggila. Penisnya semakin lama menyodok semakin kasar saja. Kedua gunungku jadi ikut terguncang-guncang dengan kencang.

Kuperhatikan selama menggenjotku otot-otot tubuhnya mengeras. Tubuhnya yang kekar bercucuran keringat. Sungguh sangat perkasa. Pria sejati yang memberiku kenikmatan sejati. Suara desahanku bercampur baur dengan erangan jantannya dan derit ranjang. Butir-butir keringat nampak di sejukur tubuhku seperti embun, walaupun ruangan ini ber-AC tapi aku merasa panas sekali.

“Uugghh Lies, sayang… kamu emang uenak. Oohh, punya isteriku tidak seperti ini. Punyamu legit dan bisa menggigit-gigit kontolkuuuuu,” katanya sambil gemetar. Ucapnya tak karuan di tengah aktivitasnya.

Dia menurunkan tubuhnya hingga menindihku. Kusambut dengan pelukan erat. Kedua tungkaiku kulingkarkan di pinggangnya. Dia mendekatkan mulutnya ke leher jenjangku dan memagutnya. Sementara di bawah sana penisnya makin gencar mengaduk-aduk memekku diselingi gerakan berputar yang membuatku serasa diaduk-aduk.

Tubuh kami sudah berlumuran keringat yang saling bercampur. Aku semakin erat memeluknya.  Bau masam-masam segar khas alami ketiakku bercampur dengan bau masam-masam segar khas alami ketiaknya. Bau khas ngentot yang membuat aku dan Mas Asmar semakin bergairah. Aku merintih makin tak karuan menyambut klimaks yang sudah mendekat bagaikan ombak besar yang akan menghantam pesisir pantai.

Teman suamiku ini betul betul hebat dan perkasa. Aku dibuatnya melayang laying seakan-akan terbang ke atas awan.Ketika Bang Asmar sudah di ambang klimaks, dia menurunkan frekuensi genjotannya. Tanpa melepaskan penisnya, dia bangkit mendudukkan dirinya, maka otomatis aku sekarang diatas pangkuannya. Dengan posisi itu penisnya menancap lebih dalam pada vaginaku. Semakin terasa pula otot dan uratnya yang seperti akar beringin itu menggesek dinding kemaluanku.

Kugoyangkan pantatku dengan gerakan naik-turun. Dia merem-melek keenakan dengan aksi yang kulakukan. Mulutnya sibuk melumat payudaraku yang kiri dan kanan secara bergantian membuat kedua benda itu penuh bekas gigitan dan air liur. Tangannya terus menjelajahi lekuk-lekuk boyokku sambil mengelus ngelusnya.

Tak lama kemudian aku kembali mendekati orgasme, maka kupercepat goyanganku dan mempererat pelukanku. Hingga akhirnya mencapai titik dimana tubuhku mengejang, “Ssshhhhhhhhhh…” Detak jantung mengencang dan pandangan agak kabur dan nanar, lalu disusul erangan panjang serta terasa ada cairan hangat dari dalam lubang memekku.

Saat itu dia gigit putingku dengan cukup keras sehingga gelinjangku makin tak karuan oleh rasa perih bercampur nikmat. Ketika gelombang itu berangsur-angsur berlalu, goyanganku pun makin mereda. Tubuhku seperti mati rasa dan kurobohkan ke belakang. Kuhentakkan badanku ke atas ranjang sambil menengadah. Ketiakku terbuka lebar ditumbuhi bulu yang lebat menyerbuk. Ahhhhhh, aku betul-betul puas.

AKU menyambar Aqua botol di samping tempat tidur. Aku meminumnya habis. Aku betul-betul dikuras. Mas Asmar membiarkanku istirahat sejenak. Setelah minum membuatku lebih enakan dan tenagaku mulai pulih kembali.

“Sudah segar lagi kan? Kita terusin lagi yuk!” sahut Bang Asmar. Ia tersenyum sambil mulai kembali menggerayangi tubuhku.

Gila betul nih orang, pikirku. Tenaganya tidak ada habisnya seperti kuda. Kali ini tubuhku dibalikkan dalam posisi menungging. Kemudian dia mulai menciumi pantatku. Lidahnya menelusuri punggungku ke bawah. Tangannya menjangkau buah dadaku ke bawah. Dipilin-pilinnya kembali putingku dan, “Aaacccchhhhhh….” Aku pun menggelinjang l lagi. Nafsuku bangkit lagi.

Betul-betul hebat teman suamiku ini. Ia juga pandai membangkitkan gairah pasangannya. Walaupun aku sudah berapa kali orgasme aku masih mau dan mau lagi.Telunjuknya meraba-raba anusku membuatku geli dan menggelinjang. Kemudian aku merasakan kontolnya sudah menempel dipantatku. Terasa hangat. Kontolnya pun ditusukkannya pelan dan sleeebbbb masuklah lagi kontolnya yang besar itu ke memekku. Dari arah belakang ia menggenjotnya tiada habis-habisnya sambil kedua tangannya memegangi pinggangku.
 
Oooohhhhh… aku tak tahan... aku tak kuat menahan nikmat ini. Mati aku… aduh…. Ampun… Aku tak kuasa menahan dera birahi ini. Teramat sangat nikmat… Aku pun kelojotan bagai orang kesetanan.

Setelah sekitar 20 menit menggenjotku dari belakang akhirnya aku sampai lagi. “Aku keluarrrrrr Mas….” Jeritku. Aku betul-betul mengalami orgasme yang sangat dahsyat.Aku merintih. Mataku merem-melek sambil menggigit guling menahan rasa nikmat ini. Air mataku saja sampai meleleh keluar bersamaan melelehnya lagi air memekku.

“Sudahin Mas. Lies… nggak tahan,” rintihku yang tidak dihiraukannya.

“Uuhh… uuuhh sssshhhh aaacchhhhhh…” Dia memperlancar sodokannya dan beberapa detik kemudian dia pun klimaks. Mas Asmar mengerang, “Aaaacchhhhhhhhh….”

Akhirnya ada sesuatu perasaan nikmat mengaliri tubuhku yang kuekspresikan dengan mengikuti erangan panjang Mas Asmar. Kami sama sama mengerang. Orgasmeku dan ejakulasinya yang sangat panjang sampai ke ubun-ubun.

Tak ada lagi nikmat di atas kenikmatan yang kami peroleh saat itu. Rupanya sensasi selingkuh sangat luar biasa. Aku tak mampu ngomong apa lagi untuk nulis enaknya. Kami pun menghempaskan kembali badan kami ke atas ranjang sesaat kami diam dan sama-sama mengatur nafas. Badanku lemas seperti tak bertulang.

Tubuh kami tergolek lemas bersebelahan. Aku memejamkan mata dan mengatur nafas sambil merenungkan dalam-dalam kegilaan yang baru saja kami lakukan. Hubungan terlarang. Aku berpacu dalam birahi dengan sahabat suamiku sendiri.

Kami terus menikmati perselingkuhan. Kami berjanji untuk merahasiakan sebaik-baiknya perselingkuhan kami pada pasangan kami masing-masing.

Selesai

Sunday, August 5, 2012

Tidak Mau tapi Menikmati

Pertemanan adalah suatu hal yang sangat penting dalam hidup seseorang dimana kita bisa saling berbagi dan saling menolong dalam kesulitan. Tapi arti pertemanan tidaklah seindah yang sering dibicarakan orang bagi Helena, saya sebut saja demikian namanya.
Kisah nyata ini dipaparkan oleh responden yang bersangkutan dilengkapi dengan foto diri dan foto lainnya yang terjadi sebagai bukti penguat. Tapi karena etika yang harus saya pegang teguh, maka data-data pendukung tersebut tidak akan pernah saya ekspose untuk dan kepada siapapun. Menurut pengakuan Helena, kejadian berikut ini terjadi beberapa bulan yang lalu ketika liburan sekolah anaknya tiba..
*****
Sebagai keluarga dari kalangan atas, menghabiskan waktu liburan berbintang lima di Nusa Dua Bali bukanlah masalah bagi keluarga Helena. Selama beberapa hari Helena menghabiskan waktu liburan dengan suami dan dua orang anaknya disana. Setelah beberapa hari, suami Helena mengajaknya untuk ke Lombok. Tapi dengan alasan Helena merasa bosan dengan tempat itu, juga perjalanan dengan kapal fery yang yang cukup makan waktu, maka Helena menolak ajakan suaminya itu.
Akhirnya suami dan kedua anaknya segera menuju Lombok tanpa Helena. Helena, 30 tahun, walau sudah punya anak dua orang tapi penampilan dan gayanya mirip dengan layaknya gadis kota masa kini. Wajah sangat cantik, putih, dan tubuh sintal selalu membuat lelaki manapun akan tertarik. Salah satu nilai lebih dari rumah tangga Helena adalah kebebasan yang diberikan suaminya kepada Helena untuk boleh bergaul atau jalan dengan siapa saja asal Helena selalu jujur kepada suaminya itu. Hal ini terjadi karena suaminya sangat tahu akan libido Helena yang sangat tinggi hingga suaminya agak kewalahan dalam melayani kebutuhan seksual Helena. Dan nilai lebih dari Helena adalah kejujuran kepada suaminya bila dia jalan dan main dengan pria lain.
Pagi itu di restoran hotel, ketika Helena sedang makan pagi..
"Hei..!" terdengar suara diiringi dengan tepukan tangan di pundak Helena.
"Hei, Ani.. Abiem... Pak Randi..." sahut Helena senang ketika melihat mereka bertiga.
"Mana suamimu?" tanya Ani.
"Sedang ke Lombok dengan anak-anak", jawab Helena.
"Duduklah di sini, temani aku makan..", kata Helena.
Mereka pun segera duduk dan makan pagi bersama satu meja. Ani dan Abiem adalah teman bisnis suami Helena di Jakarta, sedangkan Randi adalah seorang dokter, duda, yang jadi dokter keluarga Helena. Randi dikenalkan kepada keluarga Helena oleh Ani dan Abiem dulunya.
"Nanti malam kita turun yuk? Kita habiskan malam bersama di diskotik", ajak Abiem kepada Helena.
"Entahlah..", kata Helena.
"Loh kenapa? Ayolah Bu Helena, kita sekali-sekali bergembira bersama", kata Randi ikut menyela sambil tersenyum menatap Helena.
"Ikutlah, Helena.. Masa cuma aku seorang ceweknya..", kata Ani.
"Baiklah kalau begitu.. Aku ikut", kata Helena sambil tersenyum.
"Kamu tinggal di kamar berapa?", tanya Abiem kepada Helena.
"Aku di suite room..", kata Helena sambil menyebutkan nomor kamarnya.
"Ha? Kalau begitu kita bersebelahan dong..", kata Ani sambil menyebutkan nomor kamar mereka.
"Yee.. Kok aku tidak tahu, ya? Kapan kalian check in?", tanya Helena.
"Semalam. Tadinya kami mau tinggal di kamar lain, tapi karena sudah penuh, akhirnya kami ditunjukkan kamar yang masih pada kosong..", kata Abiem.
"Tau nggak kalau kamar kita terhubung oleh connecting door, Ni?", kata Helena kepada Ani.
"Iya? Berarti kita bisa kumpul-kumpul nih..", kata Ani girang.
"Oke deh, Helena.. Nanti malam kita pergi bareng ke Diskotik, ya?', ujar Abiem.
"Aku bawa minuman enak dari Perancis nanti..", kata Abiem lagi.
"Baiklah. Kalian pada mau kemana?", tanya Helena.
"Kami ada keperluan dulu. Bye..", kata Ani sambil bangkit diikuti Abiem dan Andi, lalu mereka pergi.
Malamnya, dengan memakai T-shirt ketat plus rok katun sangat mini sehingga paha mulusnya tampak dengan indah, Helena berangkat dengan mereka ke diskotik.

"Kita minum dulu deh agar hangat", kata Abiem sambil menuang minuman bawaannya ke dalam gelas dan disodorkan kepada Helena.
"Okay.. Siapa takut..", kata Helena sambil meneguk minumannya.
"Hm.. Enak.. Manis.. Give me more, please.", kata Helena kepada Abiem. Abiem
pun segera menuang lagi minuman ke gelas Helena yang sudah kosong.
"Jangan terlalu banyak, Helena.. Nanti kamu jadi hot, loh..", kata Ani sambil tertawa. Mereka tertawa-tawa sambil menikmati minuman berakohol diiringi lagu yang diputar DJ.
"Turun, yuk," ajak Randi kepada Helena.
"Ayo," kata Helena sambil bangkit.
Perasaannya sudah mulai terpengaruh alkohol. Akhirnya Ani dan Abiem serta Helena dan Randi melantai mengikuti hentakan irama yang cepat. Sampai akhirnya ketika lagu berganti ke irama slow, Helena dan Randi saling berangkulan dan berdansa mengikuti alunan irama lagu.
"Mmhh," Helena mendesah hampir tak tedengar ketika dadanya bersentuhan dengan dada Randi.
Entah karena pengaruh alkohol atau memang karena libido Helena yang tinggi, puting susu Helena mengeras dan makin mengeras ketika dadanya bersentuhan dengan badan Randi. Gairah Helena bangkit karenanya. Tapi Helena masih bisa menahan dirinya. 
Mereka terus menikmati waktu yang ada sambil meneguk minuman hingga wajah mereka memerah. Helena benar-benar menikmati malam itu selagi bisa bebas dari beban pekerjaan dan anak-anaknya. Sampai ketika waktu menunjukkan jam 1.00 pagi mereka segera pulang ke hotel.
"Kita ngobrol di kamar saja, yuk?", kata Abiem.
"Okay.. Nanti aku buka connecting door-nya", kata Helena sambil berlalu menuju kamarnya.
Sementara Ani, Abiem dan Randi masih duduk-duduk di lobby. Sesampai di kamar, Helena segera membuka connecting door-nya, lalu dia ketuk pintu sebelahnya. Tidak ada jawaban.
"Ah, masih pada di bawah barangkali..", pikir Helena sambil merebahkan badannya di ranjang.
Hampir setengah jam menunggu, ternyata mereka tidak
datang juga. Akhirnya Helena memutuskan untuk berendam air hangat dan mandi selama beberapa menit.
"Hei. Sorry kami kelamaan..," suara Ani yang tiba-tiba masuk kamar mandi mengagetkan Helena yang baru saja memakai kimono.
"Abiem dan Randi di ruang tengah...," kata Ani lagi sambil agak sempoyongan.
"Kamar kamu enak juga ada ruang tamunya. Kita bisa ngobrol disini," kata Ani lagi.
"Shit!! Ngapain kumpul di kamar aku?" bisik hati Helena.
"Hei perempuan! Cepatlah kemari. Kita habiskan sisa minuman tadi," terdengar suara Abiem memanggil. Akhirnya mereka berempat lagi-lagi meneguk bergelas alkohol yang dibawa Abiem.
"Ohh... gawat! Kenapa aku jadi pengen...," hati Helena berbisik ketika pengaruh alkohol mulai menjalar di tubuhnya. 

Terasa oleh Helena buah dada serta puting susunya mulai mengeras lagi, sementara memeknya terasa berdenyut basah menahan gairah..
"Aku akan hirup udara segar dulu..", kata Helena sambil bangkit agak terhuyung menuju teras. Dihirupnya udara malam dalam-dalam untuk mengurangi sesuatu di dalam tubuhnya yang mulai menggoda imannya.
"Ohh..", tiba-tiba terdengar suara Abiem mendesah keras dari dalam. Helena segera melongokan kepalanya untuk melihat apa yang terjadi.
"Oh my God!", batin Helena ketika melihat apa yang terjadi. Gairah dan denyutan memeknya semakin terasa menggoda.
Di depan matanya, Helena melihat bagaimana Ani berciuman dengan suaminya di kursi sambil tangannya mengocok kontol Abiem yang sudah tegak. Celana Abiem hanya di buka dan diperosotkan sebatas pahanya saja.
"Ohh.. Cepat hisap kontol aku, bitch!", kata Abiem kepada Ani. Dengan serta merta Ani menurunkan kepalanya, lalu dengan segera kontol Abiem sudah dilahapnya sambil tetap dikocok pelan.
"Ooh..", desah Abiem ketika lidah Ani menjilati kepala kontolnya sambil batangnya tetap dikocok tangan Ani.
"Apa yang harus aku lakukan?", batin Helena ketika melihat kontol Abiem yang basah di jilat dan dihisap mulut Ani.
Gairahnya semakin memuncak. Dengan mata agak nanar terus dilihatnya Ani dan Abiem. Antara sadar dan tidak, tak terasa oleh Helena ketika Randi menempelkan tubuhnya dari belakang. Tangan Randi menyusuri kaki Helena dari betis sampai paha lalu naik ke pantat Helena yang belum sempai memakai pakaian dalam sejak selesai mandi tadi..
"Hei! Pak Randi ngapain?!", kata Helena kaget sambil menepis tangan Randi dari pantatnya.
"Kita sama-sama tahu sama-sama mau kan..", kata Randi sambil mendekati Helena.
Helena segera menghindar dan berlari menuju kamarnya melewati Ani dan Abiem yang sedang asyik melakukan oral seks. Ani dan Abiem sampai kaget dan menghentikan cumbuan mereka ketika melihat Helena melintas. Di dalam kamarnya Helena masih bingung dan teringat akan oral seks Ani dan Abeim serta perlakuan Randi kepadanya. Sebetulnya gairah Helena sudah sangat memuncak saat itu, tapi entah kenapa masih ada rasa ragu di hatinya.
"Ada apa, Helena?", tiba-tiba Ani masuk kamar dan menghampiri Helena yang masih berdiri.
"Entahlah, An.. Aku.. Aku aku tak tahu..", kata Helena sambil melepas kimono lalu segera memakai celana dalamnya.
Tapi ketika Helena akan memakai memakai Bra, tiba-tiba Ani memeluknya dari belakang hingga Helena tidak jadi memakai Bra tersebut.
"Ayolah Helena, kita nikmati malam ini..", bisik Ani ke telinga Helena.
"Mmhh..", desah Helena ketika tangan Ani mengusap seluruh badannya. Usapan dan belaian tangan Ani kembali mengobarkan gairah Helena yang sempat surut.
"Kapan lagi kita bisa bersama seperti ini?", bisik Ani lagi sambil tangannya meremas kedua buah dada Helena dari belakang.
"Ohh..", desah Helena sambil terpejam menikmati sensasi jari tangan Ani ketika memainkan dan memelintir puting susunya.
"Mmhh.. Ohh..", desah Helena makin keras ketika lidah dan bibir Ani menyusuri telinga, tengkuk dan lehernya sembari tangannya tetap meremas dan memainkan puting susu Helena.
"Nikmati saja malam ini..", bisik Ani sambil membalikan badan Helena dan merebahkannya di ranjang.
"Oww..", jerit lirih Helena ketika lidah dan bibir Ani menciumi dan menjilati buah dada serta puting susunya.
"Aniihh.. Oohhsshh..", jerit Helena makin keras ketika jari Ani masuk ke celana dalam dan menggosok memeknya.
Tubuh Helena menggeliat terbawa rasa nikmat dan terlepasnya himpitan gairah yang tertahan sebelumnya.
"Kamu menyukai ini?", bisik Ani sambil lidah dan mulutnya turun menyusuri perut sementara tangannya melepas celana dalan yang dipakai Helena.
"Ohh.. Anniihh..", jerit Helena ketika ada rasa nikmat yang menjalar ketika lidah Ani dengan liar menyusuri belahan memeknya.
"Ohh Ani.. Enakkhh", desah Helena waktu lidah Ani menjilati kelentit dan sesekali mengulumnya.
"Anniihh.. Akku.. Keluarrhh..!" jerit Helena sambil menggelinjang dan mendesakan kepala Ani ke memeknya ketika ada semburan hangat terasa di memeknya yang disertai rasa nikmat yang luar biasa. Ani tersenyum sambil bangkit lalu memeluk dan melumat bibir Helena.
"Aku baru kali ini merasakan bercumbu dengan wanita.. Ternyata memuaskan..", bisik Helena sambil sesekali mengecup bibir Ani. Ketika Helena dan Ani saling lumat bibir, terasa oleh Helena ada tangan yang menjamah, membelai dan meremas pelan buah dadanya.
"Sayang, kamu layani si Randi..", Abiem menyuruh dan menarik tubuh Ani dari atas tubuh Helena.
"Kamu menyukai permainan istriku, Helena?" kata Abiem yang sudah telanjang bulat sambil menindih tubuh Helena serta mulai menciumi leher lalu turun ke buah dada Helena.
"Jangaann!! ", teriak Helena sambil meronta menjauhkan wajah Abiem dari buah dadanya. Tapi Abiem dengan cepat memegang kedua tangan Helena, lalu lidah dan mulutnya kembali meneruskan menjilati buah dada dan puting susu Helena.
"Ohh.. Jangaannhh.. Janghh.. Jangannhh..", rintih Helena diantara rasa malu, rasa terhina, serta rasa nikmat ketika lidah Abiem bisa memberikan rasa itu. Apalagi ketika kontol Abiem yang tegang dan tegak mengesek-gesek memeknya yang sudah basah. Bahkan ketika lidah Abiem turun ke perut, turun lagi hingga mencapai memeknya, Helena kembali menggelepar dalam kenikmatan walau hatinya menolak diperlakukan demikian.
"Jangannhh, Biem..!" jerit lirih Helena ketika Abiem mulai mengarahkan kontol ke lubang memeknya. Ani-pun yang sedang asyik disetubuhi Randi, sempat menghentikan persetubuhannya lalu bangkit dan mencoba memegang kontol Abiem agar tidak menyetubuhi Helena.
"Sudah! Kamu nikmati saja kontol si Randi sana!", kata Abiem aga keras sambil mendorong tubuh Ani.
"Sudahlah, Ani.. Sini!" kata Randi sambil menarik dan merebahkan tubuh Ani di karpet lalu kembali menyetubuhi istri temannya itu. 
"Ohh..!" terdengar desah Helena ketika kontol Abiem masuk ke memeknya lalu dengan kasar dan cepat Abiem menggenjotnya.
"Jangan, Biemm. Lepaskan aku!", jerit lirih Helena di sela rasa sakit dan nikmat ketika kontol Abiem keluar masuk memeknya.
"Fuck you, bitch!" kata Abiem sambil mengangkat satu kaki Helena dan di tahan oleh pundaknya.
"Ohh.. Memekmu nikmat, Helena..", kata Abiem sambil memompa kontolnya lebih dalam dengan posisi demikian.
"Ohh.. Mmhh..", desah Helena sambil terpejam. Rasa sakit yang ada kini berganti rasa nikmat yang luar biasa.
"Bagaimana rasanya, sayang..", terdengar suara Ani di samping Helena ketika Ani mengganti posisi dengan doggy style di atas ranjang.
"Kamu nikmati saja malam ini, Helena.. Kapan lagi kita bisa bersama seperti ini..", Randi menyela sambil mengenjot memek Ani dalam posisi menungging.
"Mmhh.. Sshh.. Ohh", Helena hanya menjawab dengan
desahan pertanda sedang menikmati suatu kenikmatan ketika Abiem dengan ganas mengeluarmasukkan kontol ke memeknya.
"Ooww.., Ohh..!" terdengar suara Helena menjerit sambil memegang tangan Abiem dengan kencang. Sementara tubuhnya menggeliat serta mendesakkan memeknya ke kontol Abiem dan menggoyangnya dengan cepat.
"Serr! Serr! Serr!", kembali memek Helena mengeluarkan air mani yang menyembur hangat di dalam memeknya.
"Ohh.. Fuck you! Fuck you!", kata Abiem sambil menggenjot kontolnya makin cepat dan makin cepat.
"Crott! Croott! Crott!", air mani Abiem menyembur banyak di dalam memek Helena.
"Oohh..!!", desah Abiem sambil merebahkan tubuhnya menindih tubuh Helena.
Helena hanya bisa memejamkan mata setelahnya. Rasa lelah serta pengaruh alkohol yang masih ada membuatnya tak mempedulikan lagi keadaan disekelilingnya. Yang sempat terdengar oleh telinga Helena adalah teriakan kenikmatan yang keluar dari mulut Ani dan Randi yang sedang asyik bersetubuh di depan suami Ani sendiri. Mata Helena sedikit demi sedikit makin berat. Hanya rasa nyaman dan sisa-sisa kenikmatan di memek Helena yang membuat memeknya berdenyut-denyut hingga Helena tertidur.
Helena tertidur sampai siang hari dalam kedaan telanjang bulat. Tubuhnya tertidur hanya diselimuti oleh bed cover. Tak terdengar olehnya ketukan pintu oleh cleaning service. Sehingga ketika cleaning service membuka pintu dengan kunci cadangan yang dia bawa, dia begitu terkejut melihat tubuh molek tergolek di ranjang. 
"Eh.., maaf, Bu.. Saya kira tidak ada siap-siapa di dalam", kata petugas kebersihan tersebut.
"Tidak apa-apa.. Kembali lagi saja dan bereskan kamar saya nanti agak siang..", kata Helena sambil menyelimuti tubuhnya lebih rapat.
Setelah petugas itu keluar, Helena hanya bisa merenungi apa yang terjadi semalam. Helena sendiri merasa heran, dirinya tidak mau dipaksa, diperkosa, entah apa pun namanya, tapi yang jelas dirinya begitu menikmati perlakuan orang lain yang begitu kasar pada dirinya pada akhirnya...
Helena memang sangat suka berpetualang seks dari sebelum menikah sampai sekarang, tapi belum pernah merasakan sensasi kenikmatan seperti yang dirasakan semalam.. Ingin rasa hati Helena menceritakan hal ini kepada suaminya, tapi pertentangan batin terjadi dalam hatinya karena hal ini menyangkut kepada teman-teman baik suaminya. Bahkan terbersit keinginan Helena untuk kembali ingin mendapatkan sensasi kenikmatan dengan menjadi objek pemaksaan seksual. 

Selesai